Sejarah Singkat Pondok Pesantren Daarun Najaah

Pesantren Daarun Najaah yang terletak di jalan Stasiun no. 275 kelurahan Jerakah kecamatan Tugu Semarang kota berdiri dengan tanpa direncana terlebih dahulu. Bermula KH Sirodj Chudlori berangkat haji awal tahun 2000. dimana KH. Ahmad Izzuddin, Mag. disuruh membadali (mengganti) pengajian kitab tafsir Jalalain yang memang biasa dilakukan ketika KH Sirodj Chudlori sebelum berangkat haji yang ke-3 (mengaji setiap habis shalat Isya yang diikuti remaja putra putri islam (santri kampung) di Jerakah.

Kemudian tahun 2001 terpetik dari para santri kampung tersebut untuk menetap di rumah KH Sirodj Chudlori yang ketepatan beliau mempunyai dua rumah yang bersebelahan (yang dulunya dipakai untuk kost-kostan putri mahasiswa IAIN Walisongo Semarang) untuk menuntut ilmu agama walaupun rumah santri kampung berada di lingkungan  kelurahan Jerakah. Mereka dengan rutin melaksanakan shalat tahajud malam..

Dari kegiatan-kegiatan tersebut dibentuk struktur kepengurusan pondok dan jadwal pengajian rutin. Di mana awalnya pondok diberi nama Sirajul Hannan atas ide KH. Ahmad Izzuddin M.Ag dengan alasan agar ada kesamaan dengan nama pondok pesantren yang berada di Jekulo Kudus (tempat KH. Ahmad Izzuddin, Mag.), ini terbukti dengan telah dibuatnya kaos berlogo Sirajul Hannan.

Namun berdasarkan istikharoh KH Sirodj Chudlori, nama pondok pesantren Sirajul Hannan diganti dengan Daarun Najaah. Yang kemudian beliau tetapkan tanggal 28 Agustus 2001 sebagai tanggal berdirinya pesantren Daarun Najaah ini.

   Kemudian mulai datang santri-santri dari mahasiswa IAIN Walisongo dari  sedikit demi sedikit, yang sampai sekarang mancapai jumlah 108 orang yang pernah menjadi santri.

Pesantren ini berdiri dengan misi sebagai upaya ikut membentuk generasi muda (santri) dengan norma-norma kehidupan yang Islami. Berdirinya Pesantren Daarun Najaah tidak lepas dari keprihatinan KH. Sirodj Chudlori atas situasi kemajuan zaman yang semakin menyeret generasi Islam pada kehidupan yang jauh dari norma-norma Islam.

Kemajuan zaman dan teknologi telah diprediksikan KH. Sirodj Chudlori akan membawa dampak yang besar pada kehidupan sosial bermasyarakat dan berbudaya. Sekat-sekat wilayah dan budaya semakin luntur, budaya asing dengan mudah masuk pada kehidupan masyarakat Indonesia dan mempengaruhi pola pikir generasi Bangsa. Padahal jika dilihat banyak budaya asing yang jauh dari nilai-nilai agama.

Untuk membendung hal tersebut maka KH. Sirajd Khudlori mendirikan lembaga pendidikan Islam, yaitu Pesantren Daarun Najaah. Tujuan KH Sirodj Chudlori diantaranya:.

1.      Menunjang laju pendidikan nasional bidang agama islam dalam rangka memback-up moralitas bangsa dan peningkatan SDM.

2.      Penyedian sarana dan prasarana yang menunjang (representatif) dalam proses belajar mengajar generasi muda Islam.

3.      Mendorong semangat masyarakat dalam melaksanakan ajaran agama dilandaskan pada aktifitas ibadah.

4.      Meningkatkan peran keagamaan masyarakat sebagai wujud  kepedulian sosial dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Setiap tahun dari tahun kedua (2001) pondok selalu mengadakan haflah akhirusannah yakni; pertama, ziarah ke Kajen Margoyoso Pati  ( KH Mbah Mutamakin ). Lalu tahun ketiga (2002) pondok dalam rangka Haflah dengan mengadakan pengajian dengan mendatangkan KH Kustur Faiz dari Kudus, tahun keempat (2003) mengadakan pengajian dengan KH Drs. Masruhan Halimtar dari Semarang dan tahun 2004 mengadakan ziarah walisongo dengan sponsor Indofood. tanggal 22-23 September 2005 dalam rangka haflah akhirussanah  mengadakan sepak bola api dan sarasehan mahasiswa santri se-kota Semarang bersama Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA.

Pondok pesantren Daarun Najaah juga pernah ditunjuk oleh Suara Merdeka untuk menyelenggarakan Jurnalistik Pesantren dalam rangka muhibah Ramadhan. Dan terakhir kemarin Tahun 2007 dalam rangka haflah akhirus sanah mengadakan Istighosah Kubra  bersama KH. Muhammad bin Ahmad Khudhori dari Magelang.

Visi misi pondok pesantren Daarun Najaah adalah Beriman – Bertaqwa yang mantap – Berintelektual Briliyyan – Tanggap Tehnologi. Sehingga program pondok tidak hanya kajian kitab-kitab kuning klasik tradisional, kebutuhan sosial masyarakat, seperti : Lembaga Kajian Sosial Kitab Kuning (LKS2K), Jaringan Spiritual Daarun Najaah, program bahasa seperti Daarun Najaah Arabic Club (DAC) dan Daarun Najaah English Club (DEC), komputerisasi, internetisasi, Rebana Al-Mahboeb Grup, Koperasi Aliyya Himmah, Buletin An-Najwa yang disebarluaskan setiap jum’at di beberapa masjid di Semarang dan olah raga Al-Mahboeb FC,

Ada ilmu khusus yang terwadahi dalam lembaga hisab rukyah AL-MIIQAAT, dengan lembaga ini diharapkan dapat melahirkan kader-kader ahli hisab rukyah yang selama ini dianggap langka.

Sudah ada alumni, di antara menjadi takmir masjid, menjadi pegawai negeri dan melanjutkan kuliah di Cairo Mesir. Dan ada yang menjadi hakim di pengadilan agama semarang.

 

Leave a comment